Industri farmasi Indonesia 2025 memasuki era baru
Pafi Kabupaten Riau – Industri farmasi Indonesia tengah memasuki babak baru dengan berbagai pembaruan penting mulai dari reformasi regulasi, peningkatan produksi lokal, hingga kolaborasi internasional yang kian intensif. Tahun 2025 menjadi momentum bagi sektor ini untuk membuktikan bahwa Indonesia mampu bertransformasi dari negara pengimpor obat menjadi produsen farmasi yang mandiri dan kompetitif.
Data terbaru menunjukkan bahwa nilai pasar farmasi Indonesia diproyeksikan mencapai lebih dari US$11 miliar pada tahun 2025, dengan pertumbuhan tahunan sekitar 8-9 persen hingga 2030. Angka ini menegaskan besarnya potensi sektor farmasi nasional, terutama setelah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan pasca-pandemi. Perusahaan besar seperti PT Kalbe Farma Tbk menargetkan pertumbuhan penjualan bersih hingga 10 persen pada tahun ini, sejalan dengan rencana pemerintah memperkuat industri farmasi nasional melalui investasi di bidang riset, bahan baku obat, dan teknologi produksi.
Langkah besar datang dari Bio Farma yang bekerja sama dengan perusahaan global Novo Nordisk untuk memproduksi insulin di dalam negeri. Upaya ini bukan hanya memperkuat kemandirian nasional dalam obat-obatan penting, tetapi juga menjadi simbol transformasi nyata menuju industri farmasi yang berdaya saing global. Menariknya, TNI juga turut terlibat dalam pembuatan multivitamin dan antibiotik untuk mendukung program ketahanan kesehatan nasional langkah yang menimbulkan perdebatan, namun menunjukkan semakin luasnya kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat ketersediaan obat dalam negeri.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kini tengah memperketat sistem pengawasan sekaligus mempercepat proses perizinan obat. Reformasi ini bertujuan untuk mempermudah masuknya produk farmasi berkualitas tinggi tanpa mengorbankan standar keamanan. Namun, masalah pengawasan masih menjadi sorotan setelah beberapa kasus obat sirop berbahaya mencuat di tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah kini menekankan transparansi rantai pasok serta pengawasan lebih ketat terhadap produsen obat anak.
Selain obat kimia, potensi besar juga datang dari sektor obat herbal dan bioteknologi. Menurut BPOM, Indonesia memiliki potensi pasar obat herbal hingga Rp350 triliun per tahun. Dengan kekayaan alam dan tanaman obat yang melimpah, peluang ekspor produk herbal berbasis riset terbuka lebar.
Meski prospek pertumbuhan sangat menjanjikan, sejumlah tantangan masih harus dihadapi:
Ketergantungan impor bahan baku yang membuat industri rentan terhadap fluktuasi global.
Distribusi obat yang belum merata di wilayah terpencil Indonesia.
Kualitas dan keamanan produk yang masih perlu diawasi secara ketat.
Kesiapan tenaga ahli dan fasilitas penelitian yang masih terbatas.