Satu Sertifikat Ini Bisa Bikin Gaji Tenaga Teknis Farmasi Naik 3 Kali Lipat
Pafi Kabupaten Riau – Meningkatkan penghasilan di bidang farmasi sering kali dianggap sulit, terutama bagi tenaga teknis kefarmasian yang berada di daerah. Namun, tahukah kamu bahwa satu sertifikat ini bisa bikin gaji tenaga teknis farmasi naik 3 kali lipat? Bukan clickbait semata, karena tren ini benar-benar sedang terjadi di lapangan, khususnya setelah kebijakan baru dari Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat diberlakukan.
Dalam era pasca-pandemi, kebutuhan terhadap layanan farmasi yang cepat, akurat, dan terintegrasi menjadi semakin krusial. Di sinilah peran sertifikasi kompetensi farmasi berbasis standar nasional memainkan peran penting.
Sertifikat yang dimaksud dikenal sebagai Sertifikat Kompetensi Pelayanan Kefarmasian Terpadu (SKPKT). Ini merupakan program pelatihan dan uji kompetensi yang digagas oleh organisasi profesi seperti PAFI (Persatuan Ahli Farmasi Indonesia), bekerjasama dengan lembaga sertifikasi profesi nasional, serta didukung oleh Kementerian Kesehatan.
SKPKT mengajarkan kemampuan teknis lanjutan seperti penanganan resep kronik, pelayanan farmasi klinik berbasis komunitas, penggunaan sistem informasi farmasi digital, dan komunikasi efektif dalam edukasi pasien. Sertifikasi ini menjadi penanda bahwa seorang tenaga teknis farmasi tidak hanya mampu menyiapkan obat, tetapi juga memahami konteks klinis dan pelayanan publik secara menyeluruh.
Read More: Doctors Are Stunned by What This New Mobility Chair Can Handle
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tenaga teknis kefarmasian yang memiliki SKPKT lebih diminati oleh instansi kesehatan swasta maupun pemerintah. Apotek modern, klinik, bahkan puskesmas di wilayah-wilayah yang mulai menerapkan sistem terintegrasi akan memprioritaskan kandidat yang sudah bersertifikat.
Di beberapa apotek mitra BPJS, TTK bersertifikat bahkan berhak mendapat tunjangan khusus per shift yang setara dengan gaji pokok bulanan seorang TTK biasa. Tidak hanya itu, mereka juga sering dipromosikan menjadi koordinator pelayanan atau supervisor operasional.
Di Kabupaten Riau sendiri, banyak tenaga teknis farmasi muda yang sebelumnya hanya menerima gaji Rp2,5 juta per bulan, kini bisa mencapai lebih dari Rp7 juta setelah mengikuti sertifikasi dan mendapatkan penempatan di apotek layanan primer.
Salah satu peserta pelatihan, Yuni (26), yang bekerja di apotek jaringan nasional di Pekanbaru, mengaku mengalami perubahan signifikan. “Dulu saya hanya dilibatkan di bagian gudang dan stok. Setelah ikut SKPKT, saya dipercaya menangani pasien langsung dan jadi PIC layanan pasien diabetes. Sekarang gaji saya tiga kali lipat dari awal masuk kerja,” ujarnya.
Untuk mendapatkan Sertifikat Kompetensi Pelayanan Kefarmasian Terpadu. Biaya pelatihan bisa bervariasi, mulai dari Rp500.000 hingga Rp1,5 juta tergantung lokasi dan fasilitas. Namun, banyak instansi atau Dinkes yang kini memberikan subsidi hingga 100 persen bagi tenaga teknis yang aktif bekerja di fasilitas layanan kesehatan.
Tahun 2025 menjadi momentum penting karena pemerintah tengah menggalakkan peningkatan mutu SDM tenaga kesehatan, termasuk TTK, melalui sertifikasi nasional. Program ini diprioritaskan hingga 2026, dan setelah itu kemungkinan besar menjadi syarat wajib dalam rekrutmen dan akreditasi fasilitas farmasi.
Tenaga teknis kefarmasian bersertifikat juga lebih mudah mendapatkan penempatan kerja di luar kota atau luar negeri melalui program kemitraan.
Lebih dari sekadar dokumen, SKPKT adalah pembeda antara tenaga teknis biasa dengan mereka yang siap menjawab tantangan era farmasi modern.
Jangan tunggu sampai semua orang sudah punya. Jadilah bagian dari gelombang pertama TTK bersertifikasi yang siap menjadi ujung tombak transformasi pelayanan farmasi di Indonesia. Karena satu sertifikat, bisa mengubah segalanya.