Apoteker Kaget! Ternyata Banyak Masyarakat Salah Pakai Obat Ini di Rumah
Pafi Kabupaten Riau – Di balik rak obat yang tampak biasa di rumah, tersimpan potensi bahaya yang sering diabaikan. Banyak orang merasa yakin mereka tahu cara mengonsumsi obat dengan benar. Namun kenyataannya, para apoteker di berbagai daerah mulai menyuarakan kekhawatiran mereka. Semakin banyak pasien datang dengan keluhan akibat salah pakai obat di rumah—dan sebagian besar tanpa mereka sadari telah melakukan kesalahan yang serius.
Peningkatan kasus ini bukan hanya soal efek samping obat, melainkan tentang minimnya pengetahuan masyarakat terhadap dosis, cara pakai, serta interaksi antar obat. Apakah kamu juga pernah sembarangan minum obat? Bisa jadi tanpa sadar kamu termasuk dalam jutaan orang yang terjebak dalam kebiasaan ini.
Dalam keseharian, orang tua sering memberikan obat kepada anak tanpa membaca aturan pakai. Atau seseorang merasa pusing dan langsung mengonsumsi dua tablet sekaligus agar cepat sembuh. Bahkan ada yang menyimpan antibiotik sisa dan menggunakannya kembali saat sakit datang. Inilah bentuk nyata dari salah pakai obat yang kini menjadi fenomena diam-diam namun mengkhawatirkan.
Menurut para apoteker, banyak pasien yang salah memahami aturan dosis. Obat penurun panas diminum setiap satu jam, obat salep digunakan tanpa membersihkan area luka, hingga konsumsi dua jenis obat yang ternyata memiliki kandungan sama. Padahal, kesalahan sederhana seperti ini bisa berujung pada efek samping serius atau bahkan keracunan obat.
Salah satu penyebab utama dari salah pakai obat adalah budaya “tahu sendiri” yang melekat di masyarakat. Banyak orang lebih memilih bertanya pada keluarga atau mencari informasi dari internet daripada berkonsultasi langsung dengan tenaga kesehatan. Selain itu, kemudahan membeli obat bebas tanpa resep membuat masyarakat merasa bisa menangani penyakit tanpa arahan yang tepat.
Tak sedikit pula yang menganggap obat herbal dan suplemen aman dikonsumsi bersamaan dengan obat kimia, padahal belum tentu cocok atau bisa berinteraksi negatif. Kurangnya edukasi formal tentang penggunaan obat menjadi celah besar dalam sistem kesehatan kita.
Kelompok paling rentan terhadap dampak dari salah pakai obat adalah anak-anak dan lansia. Anak-anak seringkali tidak bisa menjelaskan gejalanya dengan jelas, sehingga orang tua menebak-nebak obat apa yang cocok. Sementara itu, lansia biasanya mengonsumsi banyak jenis obat untuk berbagai penyakit, yang jika tidak diawasi dengan ketat, bisa saling berinteraksi buruk atau diminum ganda.
Banyak kasus di mana lansia meminum obat dua kali karena lupa sudah mengonsumsinya, atau anak-anak meminum obat lebih banyak karena merasa itu mempercepat kesembuhan. Apoteker menekankan pentingnya pengawasan dan pencatatan konsumsi obat di rumah.
Efek dari salah pakai obat tidak selalu muncul secara langsung. Beberapa orang baru merasakan dampaknya setelah seminggu atau bahkan sebulan. Misalnya, konsumsi obat pereda nyeri dalam dosis tinggi secara berkala bisa menyebabkan kerusakan hati atau ginjal. Begitu pula antibiotik yang tidak dihabiskan akan melemahkan sistem imun terhadap infeksi berikutnya.
Obat batuk dan flu yang dikonsumsi bersamaan dengan suplemen tertentu juga bisa meningkatkan tekanan darah atau mengganggu fungsi jantung. Banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa penggunaan berlebihan justru memperlambat proses penyembuhan atau menciptakan ketergantungan.
Untuk mengurangi salah pakai obat, para apoteker kini lebih aktif memberikan edukasi. Mulai dari label peringatan yang lebih jelas, konsultasi langsung di apotek, hingga program penyuluhan di masyarakat. Mereka juga mengajak masyarakat untuk lebih terbuka bertanya saat membeli obat, tidak malu jika tidak tahu, dan tidak bergantung sepenuhnya pada informasi dari media sosial.
Beberapa apotek bahkan menyediakan layanan pengecekan interaksi obat bagi pasien yang mengonsumsi lebih dari tiga jenis obat setiap hari. Inisiatif seperti ini penting untuk membangun budaya sadar obat yang lebih kuat di tengah masyarakat.
Kesadaran masyarakat adalah kunci utama untuk menghentikan tren salah pakai obat. Memahami aturan pakai, membaca label dengan cermat, dan berkonsultasi kepada apoteker seharusnya menjadi kebiasaan setiap orang sebelum mengonsumsi obat, apapun jenisnya.
Mengobati penyakit tidak selalu soal cepat sembuh, tapi juga soal aman dan tepat. Jangan biarkan rasa percaya diri yang berlebihan menjadi awal dari masalah kesehatan yang lebih besar. Bertanyalah pada ahlinya, dan jadilah pengguna obat yang bijak.