Tenaga Teknis Farmasi Kini Lakukan Ini, Dokter Sampai Kagum!
Pafi Kabupaten Riau – Dulu, tenaga teknis kefarmasian seringkali hanya dipandang sebagai “asisten apoteker”. Tapi kini, di tahun 2025, profesi ini mengalami transformasi besar-besaran. Di berbagai layanan kesehatan, khususnya di daerah seperti Kabupaten Riau, tenaga teknis farmasi tak hanya membantu, tapi menjadi garda terdepan dalam pelayanan obat dan edukasi pasien. Bahkan, beberapa dokter mengakui bahwa kontribusi mereka sudah menyamai tenaga kesehatan lainnya dalam hal efektivitas dan efisiensi.
Apa sebenarnya yang mereka lakukan hingga membuat dokter kagum? Dan mengapa peran mereka semakin penting dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat pasca-COVID?
Salah satu perubahan besar adalah keterlibatan langsung tenaga teknis farmasi dalam edukasi pasien. Tidak lagi hanya menyerahkan obat, mereka kini aktif menjelaskan cara pemakaian, efek samping, hingga potensi interaksi obat.
Menurut dr. Handayani, seorang dokter Puskesmas di Riau, “Banyak pasien saya merasa lebih tenang setelah berbicara langsung dengan tenaga teknis farmasi. Mereka sabar menjelaskan, dan itu sangat membantu kami sebagai tim medis.”
Edukasi yang tepat ini juga terbukti menurunkan angka kesalahan penggunaan obat di rumah tangga. Pasien jadi lebih patuh, dan angka kunjungan ulang karena ketidaktahuan menurun signifikan.
Di banyak apotek komunitas dan puskesmas, tenaga teknis farmasi kini juga dilibatkan dalam skrining tekanan darah, pemeriksaan gula darah, dan pemantauan pasien dengan penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes.
Ini membantu dokter meringankan beban skrining awal, dan memberi gambaran awal kondisi pasien sebelum pemeriksaan lanjutan. Peran ini makin vital di daerah dengan keterbatasan tenaga dokter, di mana teknisi farmasi menjadi ujung tombak dalam pemantauan pasien secara rutin.
Baca Selengkapnya: Kemenko PMK Bentuk Komisi Nasional Disabilitas: Apa Kaitannya?
Dengan adanya sistem digitalisasi di fasilitas kesehatan, banyak tenaga teknis farmasi kini dilatih menggunakan aplikasi pelaporan, inventory, hingga dashboard pemantauan obat. Mereka tidak hanya menerima dan menyimpan obat, tetapi juga ikut menjaga akurasi stok dan menghindari pemborosan.
Di era pasca-COVID, ketepatan data obat sangat krusial untuk program vaksinasi, layanan ibu dan anak, serta penanggulangan penyakit infeksi lainnya. Teknisi farmasi yang andal kini menjadi penjaga rantai distribusi obat yang efisien.
Sebelumnya, tenaga teknis farmasi jarang dilibatkan dalam rapat tim medis. Namun di beberapa fasilitas kesehatan yang progresif, mereka kini duduk bersama perawat dan dokter membahas kasus-kasus kompleks, terutama yang berkaitan dengan kepatuhan obat atau pengelolaan terapi jangka panjang.
Menurut laporan Pafi Kabupaten Riau 2025, lebih dari 48% fasilitas kesehatan di kabupaten tersebut sudah menerapkan sistem kolaborasi ini secara rutin. Hasilnya? Lebih sedikit kesalahan pengobatan, lebih tinggi kepatuhan pasien, dan lebih cepat deteksi potensi masalah terapi.
Berkat dukungan organisasi seperti Pafi, banyak tenaga teknis farmasi kini mengikuti program pengembangan profesional berkelanjutan. Mereka mendapat sertifikasi khusus dalam manajemen farmasi klinis, pelayanan homecare, hingga teknologi informasi kefarmasian.
Sertifikat tersebut tidak hanya memperkuat kompetensi, tapi juga meningkatkan kepercayaan dokter terhadap rekomendasi yang diberikan tenaga teknis di lapangan.
Tenaga teknis farmasi hari ini bukan lagi sekadar pelengkap di balik meja apotek. Mereka kini menjadi mitra strategis dalam pelayanan kesehatan primer, terutama di komunitas dan daerah dengan akses medis terbatas.
Dengan pelatihan yang tepat, kolaborasi lintas profesi, dan pemanfaatan teknologi, profesi ini tidak hanya berkembang—tapi menjadi pusat inovasi baru dalam sistem pelayanan kesehatan. Dan ya, para dokter kini mengakui: tanpa mereka, pelayanan pasien tak akan seefisien sekarang