Viral Tenaga Farmasi Ini Bongkar Realita Layanan di Daerah Terpencil Kompas/Raditya Helabumi (RAD) 13-01-2015
Pafi Kabupaten Riau – Dalam beberapa hari terakhir, media sosial diramaikan oleh video seorang tenaga farmasi muda yang menceritakan pengalamannya memberikan realita layanan kefarmasian di sebuah desa terpencil di wilayah Kabupaten Riau. Video berdurasi dua menit itu mendadak viral setelah ia secara lugas memaparkan bagaimana keterbatasan fasilitas, obat, dan tenaga kerja kesehatan menjadi tantangan besar dalam menjalankan pelayanan.
Unggahannya tidak hanya membuka mata banyak orang, tetapi juga mengungkap realita layanan di daerah terpencil yang selama ini jarang terdengar.
Tenaga farmasi yang dikenal dengan inisial AR ini merupakan lulusan D3 Farmasi yang saat ini bertugas di sebuah puskesmas pembantu. Dalam keterangannya, ia menjelaskan bahwa hampir setiap hari ia menghadapi kondisi serba terbatas. Mulai dari ketersediaan obat yang sering kosong, hingga keterbatasan alat komunikasi dengan dokter yang berada jauh dari lokasi.
Ia mengungkapkan bahwa masyarakat setempat sangat bergantung pada petugas kesehatan yang ada di lokasi. Namun, ketika terjadi kasus darurat atau ketika pasien membutuhkan obat yang tidak tersedia, ia hanya bisa merujuk ke fasilitas kesehatan yang berjarak puluhan kilometer.
Situasi inilah yang menjadi pemicu AR untuk berbicara secara terbuka dan memanfaatkan media sosial sebagai platform advokasi.
Read More: How a Janitor Retired at 39 Using This Simple Investing Rule
Salah satu hal yang menjadi sorotan dalam video tersebut adalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap peran tenaga farmasi. Banyak warga masih menganggap bahwa tenaga farmasi hanya bertugas menyerahkan obat.
Padahal, di daerah terpencil, tenaga farmasi seperti AR juga berperan dalam edukasi penggunaan obat, monitoring efek samping, bahkan menjadi penghubung antara pasien dan dokter yang berjauhan secara geografis.
Melalui video tersebut, AR menegaskan bahwa peran tenaga farmasi di lapangan jauh lebih kompleks dari yang dibayangkan masyarakat pada umumnya.
Respon netizen pun luar biasa. Banyak yang terkejut melihat bagaimana tenaga farmasi di daerah terpencil harus bekerja dengan kondisi serba minim namun tetap mengutamakan keselamatan pasien.
Tak sedikit pula tenaga kesehatan lainnya yang ikut angkat suara dan membagikan pengalaman serupa. Beberapa dari mereka bahkan mengajak masyarakat untuk lebih menghargai profesi tenaga farmasi yang selama ini bekerja dalam senyap.
Di sisi lain, organisasi seperti Pafi Kabupaten Riau turut memberikan pernyataan dukungan. Mereka menyebutkan bahwa kisah seperti yang disampaikan oleh AR adalah representasi nyata dari tantangan yang dihadapi di garis depan pelayanan kesehatan komunitas.
Kasus viral ini memicu harapan baru agar pemerintah dan stakeholder kesehatan lebih serius memperhatikan pemerataan fasilitas layanan farmasi. Infrastruktur kesehatan yang kuat tidak hanya membutuhkan dokter atau perawat tetapi juga tenaga teknis kefarmasian yang berkompeten.
Langkah awal yang bisa diambil antara lain peningkatan distribusi obat, pelatihan dan sertifikasi tambahan bagi tenaga farmasi di daerah, serta penguatan jejaring kerja antara puskesmas induk dan puskesmas pembantu.
Kisah viral ini bukan sekadar cerita pribadi seorang tenaga farmasi. Ini adalah potret nyata dari realita layanan di daerah terpencil yang membutuhkan perhatian lebih dari kita semua. Di balik layar sistem kesehatan yang kompleks, ada sosok seperti AR yang bekerja dengan dedikasi tinggi meski dihadapkan pada keterbatasan.