Fakta Baru: Banyak Pasien Salah Minum Obat karena Hal Ini
Pafi Kabupaten Riau – Tahukah Anda bahwa satu dari tiga pasien di Indonesia pernah mengalami kesalahan dalam penggunaan obat? Pasien salah minum obat bukan hanya terjadi karena kelalaian, tetapi sering kali akibat kesalahan yang tampak sepele namun berdampak besar.
Baru-baru ini, data dari berbagai layanan farmasi komunitas di Kabupaten Riau menunjukkan tren mengkhawatirkan: pasien sering salah mengonsumsi obat akibat satu hal yang kerap diabaikan kurangnya pemahaman terhadap instruksi pemakaian obat.
Masalah ini bukan hanya soal membaca label obat. Banyak pasien bingung membedakan antara “sebelum makan” dan “saat perut kosong,” atau tidak tahu bahwa beberapa obat harus dikonsumsi dengan air putih, bukan susu atau teh. Akibatnya, efektivitas obat menurun, bahkan bisa memicu efek samping yang membahayakan.
Kesalahan ini sering kali tidak disadari oleh pasien. Mereka mengandalkan informasi dari keluarga, tetangga, atau bahkan media sosial, yang belum tentu akurat. Di sisi lain, tekanan antrean dan keterbatasan waktu di fasilitas layanan kesehatan membuat edukasi pasien jadi terbatas.
Kesalahan-kesalahan ini bisa menyebabkan gangguan pencernaan, gagal pengobatan, hingga resistensi antibiotik.
Read More: Startup Ini Bikin Kaki Palsu Dengan AI, Hasilnya Mencengangkan!
Di sinilah Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) memainkan peran penting. Sebagai garda terdepan dalam pelayanan farmasi, TTK memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan bahwa pasien tidak hanya menerima obat, tapi juga memahami cara penggunaannya.
TTK di apotek dan puskesmas di Kabupaten Riau kini mulai memperkuat pendekatan edukatif. Dengan memberikan penjelasan singkat namun jelas saat menyerahkan obat, TTK dapat mencegah banyak kesalahan fatal. Bahkan, beberapa TTK telah mulai menggunakan media visual atau video singkat untuk membantu pasien yang kesulitan memahami informasi tertulis.
Masalah pasien salah minum obat adalah tantangan nyata di dunia farmasi komunitas. Namun, ini juga merupakan peluang besar bagi pengembangan profesi TTK. Melalui edukasi yang tepat, kesalahan penggunaan obat dapat ditekan secara signifikan.
Selain itu, komunikasi antarprofesi dengan dokter juga perlu diperkuat. Jika pasien mendapatkan informasi yang konsisten dari dokter dan TTK, kemungkinan kesalahan akan jauh lebih rendah.
Dengan perkembangan teknologi digital, kini tersedia berbagai platform dan aplikasi yang dapat membantu pasien mematuhi jadwal minum obat. TTK dapat memanfaatkan ini untuk memberikan nilai tambah dalam pelayanan.
Beberapa apotek binaan Pafi Kabupaten Riau telah mulai mengembangkan sistem pengingat obat berbasis SMS atau WhatsApp bagi pasien lansia atau pasien dengan terapi jangka panjang. Cara ini terbukti meningkatkan kepatuhan pasien hingga 70 persen.
Digitalisasi juga membuka peluang bagi TTK untuk membuat edukasi berbasis video pendek atau infografis, yang bisa diakses melalui media sosial atau QR code di bungkus obat.
Kesalahan dalam konsumsi obat bukan hal kecil. Dalam banyak kasus, hal ini bisa berdampak serius terhadap kesehatan pasien. Namun, berita baiknya adalah, kesalahan ini bisa dicegah dengan langkah sederhana: edukasi, komunikasi, dan perhatian.
Pasien salah minum obat seharusnya menjadi perhatian utama semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kefarmasian. Dengan meningkatkan peran edukatif Tenaga Teknis Kefarmasian dan dukungan dari organisasi seperti Pafi Kabupaten Riau, masa depan layanan obat yang aman dan efektif bukan lagi mimpi.